Visitors blog

Translate

Rabu, 04 Maret 2015

Sahabatkuuu


Halloo....Pembaca ....Foto diatas adalah  foto Sahabatku...kali ini saya akan memposting tentang sahabatku.memang kurang kerjaan yak.tapi untuk My diary juga..xixixixi..:D.

Yang di tengah tu namanya ika mawarni.dia anak asrama.orangnya ya baik.dia suka bertanya didalam kelas.kalau udah bercanda..sampai gila dia..sampai sakit perutku di buatnya..hahaha.dia tu kakak aku.karena dia yang paling tua dari kami kami......

Nah kalau yang ini namanya Runanda.panggilannya nanda.dia tu orangnya lincah...ya rajin...dia tu suka ngejahilin.... dia cantik kkannn :)
Runanda Novianti Maulita

Nah kalau ini namanya Guslia Sari.dia manis ada gigi taringnya..pintar.tapi dia tu agak jutek.memang kebawaan dari lahirnya.hahaha......
Gusliaa Sari

Nah kalau yang ini namanya Niken Dwinta Sari.dia pesek bnget ya...:D...dia tu jahillllllll....kalau aku udah ketemu sama dia.kayak kucing sama tikus..soalnya sering narik jilbab aku..yalah dia sering narik jilbab aku.orang kalau ketemu dia..aku tempeleng kepalanya.jadi,siapa yang jahil duluan?aku kan?hahaha sadis...eh kayak lagu afgan aja ''SADIS''



 Nah kalau ini namanya Miftahul jannah.dipanggil mimit.dia imut imut kan...dia masuk SMA Mutiara tu weyyy.........dia mmirip pemain aisyah putri di jilbab in love..


Udah sampai sini dulu yaa....Good bye..tanks for vissiting :)

Ada Berapa Planet di Galaksi Bimasakti? 160 Milyar!

Ada Berapa Planet di Galaksi Bimasakti? 160 Milyar!


Ada Berapa Planet di Galaksi Bimasakti? Ilmuwan Menjawab: Ada Sekitar 160 Milyar Planet!


“Peneliti menunjukkan bahwa seperenam Bimasakti dihuni oleh planet seukuran Jupiter, setengahnya oleh planet seukuran Neptunus dan dua pertiganya oleh planet Super-Earth. Itupun hanya yang ada pada jarak yang sudah terdeteksi.”
*
*
Studi terbaru menyatakan bahwa Bimasakti memiliki lebih banyak planet daripada bintang. Galaksi Bimasakti ternyata merupakan galaksi padat planet. Jumlah planet diperkirakan mencapai 160 miliar, sedangkan jumlah bintang adalah 100 miliar.
Tampak gambar ilustrasi Galaksi Bima Sakti (The Milky Way) dan posisi matahari kita.
“Statistik ini menunjukkan bahwa planet di sekeliling bintang adalah biasa, tak istimewa.
Mulai sekarang, kita harus melihat bahwa galaksi tidak hanya dipadati miliaran bintang, bayangkan bahwa mereka dikelilingi planet ekstrasurya,” kata Arnaud Cassan dari Paris Institute of Astrophysics.
Tercatat sebelumnya telah ada lebih dari 700 planet di luar tata surya kita yang terkonfirmasi.
Sementara itu, masih ada lagi 2.300 kandidat planet yang ditemukan wahana Kepler milik NASA yang menunggu kepastian.
Planet-planet itu ditemukan dengan dua metode, transit photometric dan radial velocity. Metode pertama mendeteksi planet dari kedipan cahaya bintang sebagai tanda adanya planet yang mengelilingi. Cara kedua dengan melihat “goyangan” bintang sebagai hasil gravitasi planet.

Dalam studi ini, peneliti memakai metode baru yang disebut gravitational microlensing. Dalam metode ini, planet dideteksi dengan adanya cahaya bintang yang dibiaskan atau dimagnifikasi oleh obyek yang mengelilinginya.
Peneliti mengungkapkan, gravitational microlensing memiliki kelebihan dibanding transit fotometri dan radial velocity. Gravitational velocity bisa mendeteksi adanya planet yang terletak jauh dari bintangnya, berbeda dengan kedua teknik lain yang cahaya bias pada planetnya hanya yang dekat bintang.
Gravitational Microlensing
Berdasarkan riset, peneliti menunjukkan bahwa seperenam Bimasakti dihuni oleh planet seukuran Jupiter, setengahnya oleh planet seukuran Neptunus dan dua pertiganya oleh super-Earth. Itu pun hanya yang ada pada jarak yang sudah terdeteksi.
“Lebih lanjut, kami menemukan bahwa planet bermassa rendah, seperti super-Earth (1-10 kali massa Bumi) dan serupa Neptunus, lebih melimpah daripada planet raksasa seperti Jupiter dan Saturnus (kira-kira 6-7 kali lebih banyak dari planet massa rendah),” kata Cassan seperti dikutip Space, Januari 2012.
Planet yang sebenarnya ada di Bimasakti mungkin sedikit lebih banyak daripada yang telah terhitung. Pada jarak yang belum bisa terdeteksi, mungkin masih ada banyak planet lagi.
Terlihat wilayah tengah (central) dari Galaksi Bima sakti (The Milkyway) pada sebuah pantai Amerika disaat malam hari.
Penemuan lain yang dipublikasikan tahun lalu dan dilakukan dengan teknik microlensing menunjukkan adanya planet seukuran Jupiter yang melayang sendirian, yatim piatu, tidak mengorbit bintang. Jumlah planet ini diperkirakan melebihi planet “normal” hingga 50 persen.
“Kedua hasil penelitian dengan microlensing menunjukkan bahwa planet ada di mana saja, tidak selalu mengorbit bintang,” jelas Cassan.
Sementara itu, “anomali” lain adalah ditemukannya planet yang berada pada sistem bintang ganda. Ini dulu hanya bisa dibayangkan dalam film fiksi ilmiah Star Wars.
William Welsh, astronom dari San Diego State University, seperti dikutip AP,  mengungkapkan, “Alam sepertinya suka membentuk planet sebab planet itu ditemukan di tempat yang diperkirakan sulit mendukung pembentukan planet.” (AP/SPACE.com/Kompas/icc.wp.com)
Terlihat wilayah tengah (central) dari Galaksi Bima sakti (The Milkyway) dihamparan langit dengan latar depan sebuah stasiun observasi Amerika disaat malam hari.


Kisah penemuan Galaksi Bima Sakti

Kisah penemuan Galaksi Bima Sakti

Bila kita memiliki kesempatan untuk pergi ke daerah yang jauh dari cahaya lampu perkotaan dan cuaca betul-betul cerah tanpa awan, kita akan dapat melihat selarik kabut yang membentang di langit. “Kabut” itu ikut bergerak sesuai dengan gerakan semu langit, terbit di timur dan terbenam di barat.
Selarik kabut di langit yang kita kenal dengan Bima Sakti atau "Jalur Susu'' bagi orang Yunani dan Romawi kuno. Kabut ini membentang melintasi seluruh bola langit, sebagaimana ditunjukkan oleh foto panorama Bima Sakti pada gambar bawah. Sumber: Atas: Jerry Lodriguss/Astropix.com. Bawah: Bruno Gilli/ESO.
Keberadaan kabut ini telah dijelaskan keberadaannya oleh berbagai peradaban semenjak lama. Di kalangan masyarakat Jawa kuno, pada musim kemarau kabut ini melewati zenith, membentang dari timur ke barat, menyerupai sepasang kaki yang mengangkangi Bumi. Kaki ini adalah milik Bima, anggota keluarga Pandawa yang diceritakan dalam pewayangan Mahabharata. Demikian besar tubuhnya dan betapa saktinya ia, sehingga kabut itu dinamakan Bima Sakti, sebuah nama yang hingga saat ini masih kita gunakan untuk menamai gumpalan kabut tersebut.
Asal muasal Bima Sakti dijelaskan dalam Mitologi Yunani. Ini adalah lukisan pelukis Italia Jacopo Tintoretto yang hidup pada masa renaisans, ``Asal muasal Bima Sakti.'' Sumber: Koleksi Galeri Nasional, London, Inggris Raya.
Nun jauh dari Jawa, di Yunani, masyarakat di sana memberikan nama lain untuk objek yang sama. Mitologi Yunani menceritakan kelahiran Herakles (dinamakan Hercules dalam mitologi Romawi), anak raja diraja para dewa—Zeus—dengan Alcmene yang manusia biasa. Hera, istri Zeus yang pencemburu, menemukan Herakles dan menyusuinya. Herakles sang bayi setengah dewa menggigit puting Hera dengan kuatnya. Hera yang terkejut kesakitan melempar Herakles dan tumpahlah susu dari putingnya, berceceran di langit dan membentuk semacam jalur berkabut. Tumpahan susu ini kemudian dinamakan“Jalan Susu.” Demikianlah imajinasi orang-orang Yunani menamakan kabut tersebut, atau galaxias dalam Bahasa Yunani. Oleh orang-orang Romawi kuno, yang mitologinya kurang lebih sama dengan mitologi Yunani, galaxias diadaptasi menjadi Via Lactea atau “Jalan Susu” dalam Bahasa Latin. Dari sini pulalah kita memperoleh nama Milky Way yang juga berarti “Jalan Susu” dalam Bahasa Inggris.
Hakikat kabut ini tidak banyak dibicarakan dalam kosmologi Aristotelian, dan Aristoteles sendiri menganggap kabut ini adalah fenomena atmosfer belaka yang muncul dari daerah sublunar. Namun, ketika Galileo mengembangkan teknologi teleskop dan mengarahkannya ke kabut “Jalan Susu,” ia melihat ratusan bintang. Di daerah “berkabut” terdapat konsentrasi bintang yang lebih padat daripada daerah yang tidak dilewati oleh pita “Jalan Susu.” Rupanya kabut ini tak lain adalah kumpulan dari cahaya bintang-bintang yang jauh dan kecerlangannya terlalu lemah untuk bisa ditilik oleh mata manusia, sehingga agregat dari pendaran cahaya mereka terlihat bagaikan semacam kabut atau awan.
Alam semesta yang dibayangkan Thomas Wright dari Durham.
Bagaimana menjelaskan Kabut “Jalan Susu” atau “Bima Sakti” dalam konteks susunan jagad raya? Seorang pembuat jam yang mempelajari astronomi secara mandiri, Thomas Wright dari Durham, menjelaskan gejala ini sebagai akibat dari posisi kita dalam sebuah kulit bola. Thomas Wright menuliskan ini pada tahun 1750 dalam bukunya An original theory or new hypothesis of the Universe, dan membuat ilustrasi pada gambar di samping. Bintang-bintang tersebar merata pada sebuah kulit bola. Andaikan Matahari kita terletak pada titik A, maka bila kita melihat ke arah B dan C kita akan melihat lebih sedikit bintang daripada bila kita melihat ke arah D dan E. Kabut “Jalan Susu” yang merupakan daerah di langit dengan konsentrasi bintang yang lebih tinggi inilah yang kita lihat sebagai arah D dan E.
Sebagai alternatif, Thomas Wright juga memodelkan bintang-bintang yang terdistribusi menyerupai cincin pipih, dan ini juga dapat menjelaskan keberadaan kabut “Jalan Susu.” Bila Matahari terletak di permukaan cincin ini, kita akan melihat lebih banyak bintang bila melihat ke arah permukaan cincin, namun tidak akan banyak bintang yang dapat kita amati bila kita melihat ke arah yang tegak lurus permukaan cincin.
Filsuf Jerman Immanuel Kant mengatakan bahwa "Nebula'' Andromeda adalah sistem bintang yang mandiri dan menyerupai sistem Bima Sakti. Sumber: APOD.
Filsuf Jerman Immanuel Kant kemudian membaca buku Thomas Wright dan kemudian memodifikasi ide Wright dan mengatakan bahwa bintang-bintang terdistribusi membentuk cakram pipih. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa cakram pipih ini merupakan sebuah sistem gravitasi yang mandiri dan di luar sistem ini juga terdapat sistem-sistem lain yang berbentuk serupa. Lebih lanjut Kant berspekulasi bahwa objek-objek menyerupai awan—disebut juga nebula, dari Bahasa Yunani yang berarti “awan”—yang beberapa di antaranya diamati oleh astronom Charles Messier adalah sistem bintang mandiri yang lokasinya jauh dari sistem bintang “Jalur Susu” tempat Matahari kita berada.
Baik ide Thomas Wright maupun Immanuel Kant merupakan spekulasi belaka di hadapan kurangnya data mengenai distribusi bintang-bintang di sekitar Matahari kita. Usaha serius untuk memetakan bintang-bintang di sekitar Matahari kita dilakukan kemudian oleh seorang pemusik Jerman yang menjadi pengungsi di Inggris: Friedrich Wilhelm Herschel yang kemudian dikenal dengan nama Inggrisnya yaitu William Herschel.
Astronom Jerman-Inggris William Herschel adalah pengamat astronomi terhebat pada zamannya. Tidak hanya ia bekerja memetakan bintang-bintang di sekitar Matahari, tetapi ia juga menemukan Planet Uranus. Sumber: Koleksi Galeri Potret Nasional, London, Inggris Raya.
Herschel memulai penggunaan statistik dalam astronomi dengan mempraktikkan cacah bintang. Yang dilakukan Herschel adalah menyapu seluruh daerah langit secara sistematis dengan teleskopnya dan menghitung jumlah bintang yang dapat ia lihat di dalam daerah pandang teleskopnya. Dengan cara ini ia dapat memetakan kerapatan bintang ke segala arah dari Matahari. Herschel juga mengambil asumsi penting yaitu mengandaikan kecerlangan intrinsik semua bintang besarnya sama dengan kecerlangan Matahari, sehingga dengan mengukur kecerlangan semu setiap bintang, ia dapat mengetahui jarak setiap bintang dari Matahari. Pengandaian ini tentu saja tidak tepat karena banyak bintang yang secara intrinsik jauh lebih terang maupun lebih redup daripada Matahari kita, namun Herschel berharap bahwa Matahari adalah bintang yang jamak ditemukan di alam semesta dan oleh karena itu dapat menjadi cuplikan yang mewakili seluruh bintang. Dengan cara ini ia berhasil membuat peta sistem bintang “Jalur Susu.” Pada masa ini teori gravitasi Newton sudah diterima sebagai sebuah realitas dan digunakan untuk menjelaskan kekuatan yang dapat menjelaskan keterikatan satu sama lain Matahari dan bintang-bintang di sekitarnya membentuk sistem bintang. Dengan dua kenyataan ini, teori gravitasi Newton dan cacah bintang Herschel, orang menyadari bahwa Matahari adalah bagian sistem bintang-bintang yang terikat secara gravitasi, dan “kabut” Jalur Susu adalah akibat dari posisi kita di dalam sistem ini. “Galaksi” kemudian menjadi nama bagi sistem bintang-bintang ini, dan nama Galaksi kita adalah Milky Way atau orang Indonesia menyebutnya Bima Sakti. Nama yang berasal dari narasi mitologis boleh tetap sama, namun paradigma “Jalur Susu” telah berubah.
Penampang silang Galaksi Bima Sakti berdasarkan hasil cacah bintang William Herschel. Lokasi matahari terletak agak dekat ke pusat, dan Galaksi ini bentuknya agak lonjong. Sumber: Hoskins, M. editor, Cambridge Illustrated History of Astronomy, Cambridge Univ. Press, 1997.
Atas: Pandangan ke arah Pusat Galaksi kita. Kiri bawah: Galaksi Pusaran atau Messier 51, salah satu galaksi dekat tetangga Galaksi Bima Sakti. Kanan bawah: Nebula Rajawali atau Messier 16 di arah Rasi Waluku. Sumber: Digital Sky/HST/ESO.
Memasuki abad ke-20, ukuran Galaksi Bima Sakti (gambar di samping, panel atas) dan lokasi persis Matahari kita di dalamnya belum diketahui dengan pasti. Teka-teki kedua yang tidak kalah pentingnya adalah hakikat dari nebula-nebula yang banyak ditemukan di sekitar Matahari: Apakah mereka adalah sistem-sistem bintang yang setara dengan Galaksi Bima Sakti namun mandiri, ataukah mereka adalah bagian dari sistem Bima Sakti? Tanpa mengetahui informasi akurat mengenai jarak nebula-nebula ini, siapapun bebas berspekulasi. Nebula yang banyak diamati pada masa itu adalah nebula Andromeda dan nebula-nebula lainnya yang berbentuk spiral (gambar di samping, panel kiri bawah) maupun nebula-nebula lainnya yang bentuknya tak beraturan (gambar di samping, panel kanan bawah). Dilihat dengan teleskop pada akhir abad-19, kedua objek ini terlihat sama saja dan tidak bisa dibedakan mana yang lebih dekat ataupun lebih jauh jaraknya dari Matahari.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, menurut Immanuel Kant, objek-objek ini letaknya sangat jauh, berada di luar Galaksi Bima Sakti, dan merupakan sistem bintang yang menyerupai Bima Sakti namun independen, Mereka adalah “pulau-pulau kosmik.” Bagi astronom Harlow Shapley, nebula-nebula tersebut jaraknya relatif dekat dan merupakan bagian dari Galaksi Bima Sakti.
Harlow Shapley adalah orang yang berjasa mengukur dimensi Galaksi kita. Dengan menggunakan bintang jenis tertentu, ia dapat mengukur jarak yang sangat jauh dari Matahari kita, mencapai ribuan tahun cahaya.
Pada tahun 1920, diadakan debat terbuka antara Harlow Shapley dengan astronom Heber Curtis yang mengusung pendapat bahwa nebula-nebula tersebut adalah sistem yang independen. Dalam debat yang di kemudian hari dinamakan sebagai Debat Akbar (The Great Debate) ini, kedua pembicara memaparkan data pengamatan astronomi yang mendukung hipotesis mereka, akan tetapi debat ini tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti mengenai skala Galaksi dan alam semesta kita.

Cara Memfoto Bintang Dan Galaksi Bima Sakti

Cara Memfoto Bintang Dan Galaksi Bima Sakti

bima sakti 01

Cara Memfoto Bintang Dan Galaksi Bima Sakti

Sebutlah namanya Astrofotografi. Astrofotografi adalah salah satu seni fotografi yang mengambil foto objek seputar langit malam dan objek-objek langit lainnya seperti planet, bulan, galaksi, nebula, cluster dan bintang-bintang.
Bagi sebagian orang, astrofotografi merupakan hobby yang sangat mengasyikkan. Bagi saya pribadi memotret bintang, nebula dan langit malam merupakan sebuah aktifitas yang memiliki kepuasan dan pesona tersendiri.

I. Cara Memfoto Bintang Di Langit

Pada sesi kali ini saya ingin berbagi tips kepada kawan-kawan bagaimana cara memotret bintang di langit malam dengan tingkatan pemula/dasar/basic. Namun sebelum menginjak lebih jauh akan saya paparkan beberapa syarat yang harus dan wajib ada untuk membuat sebuah karya astrofotografi.
A. Persyaratan untuk membuat sebuah foto langit
Berikut persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat sebuah foto langit yang berlatar belakang kan objek bintang-bintang.
1. Kamera harus mendukung pengaturan “Manual” dan tekhnik “Long Exposure”. Dimana shutter speed/Exposure time dapat diatur hingga beberapa detik.
2. Langit malam yang bebas dari polusi cahaya. Definisi utama dari langit malam yang terbebas dari polusi cahaya adalah langit tidak diterangi oleh cahaya-cahaya lampu kota dan langit bersih dari polusi udara(asap), awan maupun kabut.
Salah satu indikator yang dapat digunakan adalah mata kita dapat melihat banyak bintang dilangit. Jika hanya satu atau dua bintang yang terlihat maka bisa jadi polusi cahaya sudah sangat tinggi. Tempat terbaik untuk memotret bintang adalah di desa, pegunungan, tepi pantai ataupun tempat yang jauh dari lampu-lampu perkotaan.
Perbedaan langit sebelum dan sesudah terpolusi oleh cahaya. Langit yang sudah terkena polusi cahaya, saat dipotret suasana langit malam akan tampak seperti langit siang hari.
Sedang pada langit yang bebas atau minim dengan polusi cahaya, langit tetap akan gelap meskipun dipotret dengan exposure time yang sama.
Setelah dua persyaratan itu dapat dipenuhi maka selanjutnya saya akan paparkan bagaimana cara mensetting kamera agar kamera dapat memotret bintang-bintang dilangit malam.
Dalam tutorial ini saya menggunakan kamera DSLR level pemula yaitu Kamera Canon EOS 500D.
Pada dasar nya, semua kamera DSLR(Digital Single Lens Reflex) memiliki settingan yang sama hanya saja penempatan tombol dan tampilannya yang berbeda.
B. Setting Kamera dengan tekhnik Long Exposure
Tepatkan settingan kamera pada mode M atau Manual
Masuk pada settingan Manual, berikan setingan sebagai berikut:
  • ISO 3200 (semakin tinggi semakin baik karena peka terhadap cahaya)
  • F4.0 (atau angka terkecil)
  • Picture Style Landscape
  • Exposure time 30″ (30 detik)
  • Kualitas gambar Raw + L atau menyesuaikan kapasitas memory boleh menggunakan Small, Medium atau Large.

1. Deskripsi:
a. ISO atau ASA merupakan tingkat kepekaan cahaya pada sensor kamera dalam menangkap banyakya cahaya. Semakin tinggi angka ISO nya maka semakin tinggi kepekaan sensor kamera terhadap cahaya yang didapat dari objek yang di potret.
b. F4.0 merupakan setingan diafragma pada kamera. Diafragma pada kamera berfungsi sebagai pengatur banyak sedikit nya cahaya yang masuk kedalam sensor kamera. Semakin kecil angka diafragma maka semakin lebar diafragma yang dibuka dan cahaya yang masuk semakin banyak.
c. Exposure time 30″ merupakan setingan waktu dari lamanya sensor kamera dalam menangkap cahaya. Semakin lama maka akan semakin banyak cahaya yang di dapatkan.
d. Picture Style. Picture style yang akan kita gunakan adalah Landscape. Karena kita memotret langit malam dan cenderung objek yang di potret bersudut pandang lebar dan luas maka disarankan menggunakan setingan landscape agar warna yang didapat lebih maksimal.Tidak menutup kemungkinan anda dapat mencoba Potrait dan Neutral
e. Kualitas gambar. Kualitas gambar merupakan pilihan yang dapat anda sesuaikan terhadap kebutuhan dan kapasitas memory yang anda gunakan. Dalam tutorial ini anda boleh menggunakan setingan Large, Medium maupun Small. So up to you
2. Cara Memasukkan settingan
a. ISO, Untuk mengganti ISO, tekan tombol ISO dan pilih angka ISO seperti yang diinginkan.
b. Diafragma, Tekan dan tahan tombol Av kemudian putar “Shutter Speed” kekanan atau kekiri.
c. Exposure time, Putar “Shutter Speed” kekiri
d. Picture Style, Tekan tombol kebawah maka akan muncul Settingan Picture Style. Pilih Landscape
Setelah kamera disetting pada mode Manual dengan exposure time 30 detik, kini saat nya kita memotret bintang-bintang dilangit.
C. Memotret Bintang di Langit
Pastikan lensa telah fokus terhadap objek berjarak jauh. Jika kesulitan mengambil fokus, ubah setting lensa menjadi auto focus (AF) dan ubah exposure time ke 10″ kemudian arah kan lensa ke titik cahaya (lampu) terjauh dan paling terang.
Contoh Hasil fokus lensa yang out focus dan focus. (pict: Eko Hadi G)
Cobalah untuk memotret lampu atau cahaya terang tersebut. Setelah itu lihat hasil nya.
Jika hasil foto ternyata sudah fokus maka ubah setingan lensa dari autofocus ke manual dan kembalikan exposure time dari 10″ menjadi 30″. Kini kamera siap untuk memotret bintang-bintang dilangit malam.
Pasang kamera pada tripod anda dan mulailah mengarahkan kamera ke atas khusus nya langit malam yang berlatar belakangkan bintang-bintang.
Setelah anda yakin siap untuk memotret bintang, pastikan tripod & kamera sudah terkunci dan tidak ada gerakan sedikitpun pada kamera & tripod.
Tekan shutter dan biarkan kamera memotret langit selama 30 detik. Ingat! pada saat proses pemotretan dilarang menggerakkan kamera maupun tripod karena sedikit getaran saja bisa membuat foto dari bintang menjadi bergaris (trail).
Selamat mencoba dan selamat memotret langit malam yang bertaburkan bintang-bintang. (kafeastronomi.com)
bima sakti 02
Pict: Taylor Photo
bima sakti 05

II. Cara Memfoto Galaksi Bima Sakti

Artikel fotografi berikut ini akan sharing teknik fotografi Tips dan Trik Motret Milkyway atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama yang biasa disebut Bima Sakti.
Milkyway berasal dari bahasa Latin Via Lactea, diambil lagi dari bahasa Yunani Γαλαξίας Galaxias yang berarti susu. Bima Sakti adalah galaksi spiral yang memiliki 200-400 miliar bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya dan ketebalan 1000 tahun cahaya.
Tips memotret milky way atau bima sakti
credit foto oleh dragoncd
Galaxy Milkyway terlihatnya sebagai pita kabut bercahaya putih yang membentang pada bola langit. Pita kabut atau “aura” cemerlang ini sebenarnya adalah kumpulan jutaan bintang dan juga sebesar volume debu dan gas yang terletak di piringan/bidang galaksi.
Pita ini tampak paling terang di sekitar rasi Sagitarius, dan lokasi tersebut memang diyakini sebagai pusat galaksi.
A. Cara Mencari Posisi Galaksi Bima Sakti / Milk Way Dengan Bantuan Stelarium
Tips memotret Milkyway atau Bima Sakti, kita tentu harus tahu dulu, dimana posisi Milkyway berada. Untuk itu kita butuh aplikasi astronomy bernama STELLARIUM untuk melihat dimana, dan kapan Milkyway tadi muncul. Aplikasi Stellarium ini bisa Anda dapatkan gratis di stellarium.org, aplikasi ini tersedia utk windows, mac dan linux. Untuk Android bisa coba download disini.
1. Langkah-langkah Setting Stellarium
Setelah aplikasi astronomi terinstal, ikuti langkah-langkah di bawah ini dengan baik:
a. Buka Stellarium, dan tentuin terlebih dahulu posisi dimana Anda tinggal sekarang ini, dengan cara meng klik “location windows”
b. Pilih dulu lokasi kita di lokasi yang ada di Stellarium. Masukan nama daerah, pastikan nama daerah anda ada di daftar, centang/pilih “use as default” utk menetapkan tempat/lokasi setiap anda membuka stellarium.
c. Setting Waktu di Stellarium. Klik “date time/windows. Jam/waktu saat ini ( sama dengan jam yg ada di laptop/pc Anda). Tanggal/bulan/tahun sama juga dengan pc/laptop Anda.
d. Setting lainnya. Sekarang kita masuk ke bagian terpenting, perhatikan gambar di bawah ini:
Tips Fotografi Bima Sakti
Stellarium screenshot
- Panah 1 : Ubahlah waktu/jam sampai waktu menjadi gelap/malam sampai Milkyway terlihat, dalam contoh ini, Milkyway terlihat sekitar jam 1:55:3 WIB
- Panah 2 : Klik untuk munculin “azzimuthal grid” untuk melihat ketinggian milky way
- Panah 3 : klik “atmosphere” untuk menghilangkan atmosphere, sehingga langit terlihat bersih dan Milkyway bisa terlihat jelas.
- Panah 4 : Perhatiikan di tanda panah terlihat huruf “S “, singkatan dari South (selatan), yang berarti Milkyway akan terlihat di daerah SELATAN dari tempat Anda tinggal.
- Panah 5 : Inilah yang dinamakan Milkyway, Anda bisa lihat bahwa Milkyway membentang dari Selatan ke arah timur.
Berdasarkan data-data di atas sudah bisa diambil kesimpulan, bahwa galaksi Bima Sakti/Milkway akan terlihat sekitar jam 1.55 WIB.
Milkway akan membentang dari Selatan ke Timur. Dari data inilah kita baru bisa memulai untuk mempersiapkan kemana dan kapan kita akan belajar fotografi Bima Sakti atau Milk Way ini.
bima sakti 06
Astronomer Alan Fitzsimmons took a shot of himself with the center of the Milky Way in the background at the European Southern Observatory’s La Silla facility in the Atacama Desert of Chile.
B. Syarat Memotret Bima Sakti atau Milk Way
1. Hindari polusi atau kebocoran cahaya, carilah lokasi motret Bima Sakti ke daerah pegunungan yang jauh dari polusi lampu-lampu kota, karena cahaya lampu membuat Milkyway terlihat redup.
2. Hindari awan, karena awan membuat milkyway / Bima Sakti terhalang dan tidak kelihatan.
3. Cari foreground yang bagus, agar foto Milkyway atau foto Bima Sakti anda lebih terlihat dramatis, misal celah perbukitan, atau lereng-lereng tebing.
bima sakti 03
C. Settting Kamera Untuk Motret Milky Way atau Bima Sakti
1. Gunakan diafragma terbesar di kamera Anda, misal : F/2.8 atau F/3,5
2. Gunakan speed terendah, dalam hal ini 30 detik. Jangan gunakan speed melebihi 30 detik, seperti 40s, 60s atau 90s, karena semakin lama rana terbuka, membuat bintang kelihatan bergaris (seperti motret star trail)
3. Gunakan cable release dan tripod, utk menghindari gambar jadi blur
4. Gunakan ISO maksimal 1250.
5. Hindari menggunakan format JPEG, tapi gunakan format RAW untuk motret Milkyway, supaya fotonya lebih tajam/bagus dan enak untuk nantinya diedit di Photoshop atau di Lightrom. Baca artikel fotografi tentang Keuntungan Menggunakan Format RAW Saat Pemotretan.
6. Gunakan manual fokus dan infinity untuk mendapatkan tajam maksimal. Baca Definisi Hyperfocal Distance Dalam Landscape Photography.
7. Mulailah memotret…
bima sakti 04
(pict: J. Wikens)
Karena kita berada didaerah khatulistiwa, saat yang paling bagus untuk motret Milkyway atau Bima Sakti adalah sekitar bulan Maret s/d Agustus.
Di bulan-bulan ini lah pusat galaxy Milkyway tepat berada di belakang rasi Sagitarius.
Sehingga kita (di khatulistiwa) bisa melihat Milkyway terang benderang di langit malam.
Di luar bulan-bulan tadi, posisi Milkyway kurang bagus terlihat. Palingan cuma terlihat bagian redupnya saja, karena titik paling terangnya berada di bawah ufuk.
Saat belajar teknik fotografi memotret Milkyway atau Bima Sakti, jangan pernah berharap foto Anda bebas dari noise karena kita menggunakan ISO tinggi. Bisa saja kita menggunakan ISO rendah seperti 400 atau 800, tapi efek Milkyway tidak kelihatan alias gelap. Selamat mencoba. (sumber: tipsfotografi.net)
galaksi bima sakti header
*****

Apakah Semua Planet Langitnya Biru?

Apakah Semua Planet Langitnya Biru?

Ketika seorang astronom mengamati benda langit, maka informasi yang ia kumpulkan adalah cahaya yang dipancarkan atau dipantulkan oleh si benda langit dalam berbagai panjang gelombang. Cahaya tersebut kemudian diterima oleh manusia dalam bentuk spektrum warna. Setiap panjang gelombang akan menghasilkan warna yang berbeda.
Spektrum warna dari cahaya yang diterima mata.
Spektrum warna dari cahaya yang diterima mata.
Mata manusia memiliki sensitivitas pada cahaya yang berada pada rentang tertentu dari spektrum elektromagnetik yang disebut spektrum optik atau spektrum kasat mata atau kita sebut saja cahaya tampak. Manusia hanya bisa melihat dan mengenali spektrum optik yang berada pada panjang gelombang 400 – 700 nanometer yang berasosiasi dengan warna ungu ke merah. Meskipun ada mata yang juga sensitif terhadap warna yang dihasilkan cahaya pada panjang gelombang 320 nm. Warna-warna pada spektrum optik ini yang sering kita kenali sebagai warna pelangi yakni MEJIKUHIBINIU aka Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu. Dengan warna merah merupakan warna yang dihasilkan oleh panjang gelombang panjang dan ungu merupakan warna yang dihasilkan panjang gelombang pendek.
Selain spektrum optik yang kasat mata, ada juga cahaya yang tidak kasat mata yang dipancarkan oleh cahaya pada panjang gelombang yang lebih pendek dari cahaya ungu atau kita kenal sebagai ultra ungu dan cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang yang lebih panjang dari merah atau kita kenal sebagai cahaya infra merah.
Apa urusannya dengan langit yang berwarna Biru?
Cahaya yang diterima di bumi, diserap dan dihamburkan kembali. Sumber: askascientist.co.uk
Cahaya yang diterima di bumi, diserap dan dihamburkan kembali. Sumber: askascientist.co.uk
Matahari yang menjadi bintang induk bagi Bumi memancarkan cahaya yang diterima oleh mata manusia. Cahaya yang dipancarkan Matahari tersebut mengandung seluruh spektrum elektromagnetik yang merentang dari panjang gelombang paling pendek sampai panjang termasuk di dalamnya cahaya tampak dan tak tampak; gelombang radio, gelombang mikro,  cahaya ultra ungu, ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah, infra merah, sinar X dan sinar gamma. Setiap warna tersebut juga merepresentasikan frekuensi dari rendah ke tinggi dengan cahaya merah berada pada frekuensi rendah dan ungu pada frekuensi tinggi.
Tapi mari kita fokuskan pada cahaya tampak yang merupakan warna pelangi yang bisa dinikmati setelah hujan. Cahaya Matahari yang tiba di Bumi merupakan percampuran cahaya dari seluruh panjang gelombang atau dari seluruh warna. Cahaya yang datang dari Matahari bergerak dalam garis jika tidak ada apapun yang menghalangi perjalanannya. Contohnya, jika cahaya bertemu kaca maka ia akan dipantulkan. Sedangkan jika cahaya melewati sebuah medium, arahnya akan berubah dan terjadilah pembiasan cahaya.
Sebelum diterima oleh mata manusia di Bumi, cahaya Matahari harus melewati lapisan atmosfer yang di dalamnya terdapat berbagai macam atom  dan molekul gas seperti nitrogen, oksigen, uap air, dan debu. Saat melewati atmosfer dan bertemu molekul-molekul gas inilah cahaya Matahari diserap dan kemudian dihamburkan ke semua arah. Saat dihamburkan, cahaya berfrekuensi tinggi akan dihamburkan lebih banyak dari pada cahaya yang berada pada frekuensi rendah. Dalam hal ini cahaya biru akan lebih banyak dihamburkan oleh molekul dan partikel di udara dibandingkan cahaya merah.
Tapi, langit pun tidak akan tampak ungu, meskipun ungu merupakan cahaya yang memiliki frekuensi paling tinggi dan panjang gelombang terpendek dalam cahaya tampak.  Salah satu alasannya adalah sensitivitas mata manusia terhadap cahaya ungu lebih kecil dibanding cahaya biru.
Bagaimana dengan Planet lainnya?
bluesky
Cahaya yang dihamburkan setelah melewati atmosfer Bumi. Kredit: NASA
Warna langit di planet lain di Tata Surya
Warna langit di setiap planet di Tata Surya maupun extrasolar planet yang mengitari bintang lain akan sangat bergantung pada kerapatan dan komposisi kimia di atmosfernya. Sekarang, mari kita bertualang ke planet-planet di Tata Surya dan satelit-satelitnya.
Matahari di langit planet terrestrial. Atas: Langit di merkurius tampak gelap dan langit Venus yang berwarna oranye kemerahan. Bawah: Langit biru di Bumi dan langit kemerahan di Mars.
Matahari di langit planet terrestrial. Atas: Langit di merkurius tampak gelap dan langit Venus yang berwarna oranye kemerahan. Bawah: Langit biru di Bumi dan langit kemerahan di Mars.
Pada persinggahan pertama di planet Merkurius, langitnya tampak seperti langit di Bulan. Hitam dan gelap! Aneh? Sebenarnya tidak karena Merkurius tidak memiliki atmosfer yang dapat menghamburkan cahaya Matahari.
Di Venus, atmosfernya yang sangat tebal menyebabkan langit di planet tersebut tampak berwarna oranye kemerah-merahan. Setidaknya itulah yang tampak dari citra penjejak Venera milik Soviet.
Perjalanan ke Mars justru menunjukkan kalau langit di planet dengan atmosfer tipis yang memiliki banyak debu tersebut tampak berwarna merah. Jika di Bumi foton biru dihamburkan oleh atmosfer ke semua arah, maka di Mars, debu di atmosfer menghamburkan foton merah dan menyebabkan langit di planet tetangga Bumi ini tampak berwarna merah.
Dari Mars, kita menuju Jupiter. Di sini langit tampak berwarna biru samar atau lebih redup dari Bumi karena cahaya Matahari yang diterima planet raksasa tersebut lebih redup dibanding Bumi.  Berlanjut ke planet Saturnus, langit planet yang memiliki cincin tebal ini termasuk unik. Citra Cassini menunjukkan langit utara akan tampak berwarna biru dan semakin ke selatan warna langit menjadi semakin kuning. Di langit selatan Saturnus langit tampak berwarna kuning terang sebagai akibat dari kondisi atmosferik di planet tersebut. Mengapa Saturnus memiliki dua warna langit masih menjadi pertanyaan untuk dicari jawabannya.
Selain planet Saturnus, satelit Titan yang mengelilingi planet tersebut juga memiliki atmosfer tebal dan digadang-gadang sebagai Bumi purba. Citra Huygens memperlihatkan langit Titan yang berwarna seperti jeruk (oranye). Tapi jika ada astronaut yang berdiri di permukaan Titan, maka warna langit yang akan ia lihat adalah kecoklatan atau oranye gelap.
Dari planet gas raksasa, kita menuju ke planet es raksasa yakni Uranus dan Neptunus. Kandungan es di planet ini dan sedikitnya cahaya Matahari yang diterima menyebabkan kedua planet tampak berwarna biru. Dan dari kondisi atmosfer keduanya, diduga langit di Uranus berwarna biru muda atau lebih tepatnya biru kehijauan. Sedangkan langit di planet Neptunus akan tampak berwarna biru langit.  Satelit Triton yang mengelilingi Neptunus juga memiliki atmosfer yang sangat tipis sehingga langit di planet ini pun tampak gelap dan hitam.
Hal yang sama juga terjadi di planet-planet yang ada di bintang lainnya. Warna langit dari planet-planet tersebut bergantung pada atmosfer yang dimiliki si planet.
____

Galaxy Menakjubkan di Tata Surya

10 Galaxy Yang Menakjubkan Yang Ada Di Tata Surya

1. Galaksi Sombrero
The Sombrero Galaxy (juga dikenal sebagai M104 atau NGC 4594) adalah unbarred galaksi spiral di konstelasi Virgo. Memiliki inti terang, luar biasa besar tonjolan pusat, dan debu terkemuka cenderung jalan dalam disk. Jalur debu yang gelap dan tonjolan memberikan galaksi ini penampilan sebuah sombrero. Galaksi memiliki magnitudo tampak dari 9,0, sehingga mudah terlihat dengan teleskop amatir. Tonjolan besar, pusat lubang hitam supermasif, dan debu jalan semua menarik perhatian para astronom profesional.
yang terjadi di Bima Sakti itu sendiri. Cahaya dari supernova mencapai bumi pada 23 Februari 1987. Sebagai supernova pertama ditemukan pada tahun 1987, itu berlabel “1987a”. Kecerahan yang memuncak pada Mei dengan besarnya yang jelas sekitar 3 dan perlahan-lahan menurun pada bulan-bulan berikutnya. Ini adalah kesempatan pertama bagi para astronom modern untuk melihat supernova dari dekat.



2.Galaksi Black Eye


Sebuah galaksi spiral di konstelasi Coma Berenices, Messier 64, yang terkenal “Black Eye” galaksi atau “Putri Tidur galaksi,” memiliki spektakuler band gelap menyerap debu di depan inti galaksi cerdas. Itu terkenal di kalangan astronom amatir karena penampilannya di teleskop kecil.

3. 2MASX J00482185-2507365
occulting pair

2MASX J00482185-2507365 occulting pair adalah sepasang galaksi spiral yang tumpang tindih yang ditemukan di sekitar NGC 253, yang Pematung Galaxy. Kedua galaksi yang lebih jauh dari NGC 253, dengan latar belakang galaksi, 2MASX J00482185-2507365, tergeletak di pergeseran merah z = 0,06, dan latar depan galaksi NGC yang terletak di antara 253 dan galaksi di latar belakang (0,0008 <0,06). Pasangan ini menerangi galaksi distribusi debu galaksi di luar terlihat lengan spiral galaksi. Sejauh yang sebelum ini tak terduga debu melampaui batas-batas berbintang lengan, menunjukkan area baru untuk studi astronomi extragalactic. Lengan yang berdebu memperpanjang 6 kali dengan jari-jari tangan yang berbintang galaksi, dan ditunjukkan gambar siluet di HST terhadap pusat dan bagian inti galaksi di latar belakang.

4. The Whirlpool Galaxy

The Whirlpool Galaxy juga dikenal sebagai Messier 51A, M51a, atau NGC 5194, Pusaran Air Galaxy adalah sebuah grand-design berinteraksi galaksi spiral yang terletak pada jarak sekitar 23 juta tahun cahaya di konstelasi Tongkat Venatici. Ini adalah salah satu spiral galaksi paling terkenal di langit. Galaksi dan pendamping (NGC 5195) yang mudah diamati oleh astronom amatir, dan kedua galaksi bahkan dapat dilihat dengan teropong. The Whirlpool Galaxy juga merupakan target yang populer astronom profesional, yang mempelajari ke galaksi lebih memahami struktur (terutama struktur yang terkait dengan lengan spiral) dan galaksi interaksi.

5. Grand Spiral Galaxy


Grand Spiral Galaxy juga dikenal sebagai NGC 123, galaksi yang menakjubkan ini didominasi oleh jutaan bintang terang dan gelap debu, terperangkap dalam pusaran gravitasi lengan spiral berputar di sekitar pusat. Open cluster yang berisi bintang-bintang biru terang dapat dilihat ditaburkan di sepanjang lengan spiral ini, sementara jalur gelap debu antarbintang padat dapat dilihat ditaburkan di antara mereka. Kurang terlihat, tetapi dapat dideteksi, adalah normal redup miliaran luas bintang-bintang dan gas antar bintang, bersama-sama memegang massa yang tinggi seperti mereka mendominasi dinamika galaksi batin. Invisible adalah jumlah lebih besar materi dalam bentuk yang kita belum tahu – meresap materi gelap yang diperlukan untuk menjelaskan gerakan yang terlihat di luar galaksi.

6. Supernova 1987 A


Dua dekade lalu, para astronom melihat salah satu ledakan bintang paling terang di lebih dari 400 tahun: sebuah bintang terkutuk, disebut Supernova 1987a. Gambar ini menunjukkan seluruh wilayah sekitar supernova. Fitur yang paling menonjol dalam gambar adalah sebuah cincin dengan puluhan titik terang. Sebuah gelombang kejut material yang disebabkan oleh ledakan bintang yang terempas ke daerah di sepanjang daerah batin cincin, pemanasan mereka, dan menyebabkan mereka bercahaya. Cincin, sekitar tahun cahaya di seberang, mungkin gudang dengan bintang-bintang sekitar 20.000 tahun sebelum meledak. Dalam beberapa tahun berikutnya, seluruh cincin akan menyala seperti menyerap kekuatan penuh kecelakaan. Cincin yang menyala-nyala diharapkan menjadi cukup terang untuk menerangi bintang lingkungannya, menyediakan astronom dengan informasi baru tentang bagaimana mengusir bintang materi sebelum ledakan. Gambar itu diambil pada bulan Desember 2006 dengan Kamera Hubble untuk Survei. (Kredit: NASA, ESA, dan R. Kirshner; Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics)

7. Galaxy NGC 1512

Sebuah galaksi spiral yang terletak sekitar 30 juta tahun cahaya ke arah konstelasi Horologium, Galaxy NGC 1512 adalah cukup terang untuk dilihat dengan teleskop amatir. Galaksi adalah sekitar 70.000 tahun cahaya di seberang, yang hampir sama besar dengan kita sendiri galaksi Bima Sakti. Inti galaksi yang luar biasa bagi para “circumnuclear” Starburst cincin, yang merupakan lingkaran luar biasa dari kelompok-kelompok bintang muda yang mencakup beberapa tahun cahaya di 2400. Galaksi “starbursts” adalah episode penuh semangat pembentukan bintang baru dan ditemukan di berbagai galaksi lingkungan.

8. Galaxy NGC 3.370


Galaksi spiral yang berdebu yang terletak sekitar 98 juta tahun cahaya ke arah konstelasi Leo, pusat NGC 3.370 menunjukkan jalur debu digambarkan dengan baik dan sakit luar biasa yang ditentukan inti. Pandangan ini adalah 3.370 NGC diperoleh oleh Teleskop luar angkasa Hubble menggunakan Kamera untuk survei dan cukup tajam untuk mengidentifikasi individu bintang variabel Cepheid di galaksi. Bintang variabel Cepheid yang digunakan untuk menetapkan jarak extragalactic. Pada tahun 1994, Ia sypernova Tipe meledak di NGC 3.370. (Kredit: NASA, The Hubble Heritage Tim dan A. Riess; STScI) galaksi adalah sekitar 70.000 tahun cahaya di seberang, yang hampir sama besar dengan kita sendiri galaksi Bima Sakti. Inti galaksi yang luar biasa bagi para “circumnuclear” Starburst cincin, yang merupakan lingkaran luar biasa dari kelompok-kelompok bintang muda yang mencakup beberapa tahun cahaya di 2400. Galaksi “starbursts” adalah episode penuh semangat pembentukan bintang baru dan ditemukan di berbagai galaksi lingkungan.

9. M81

Besar dan indah galaksi spiral M81, di konstelasi bintang biduk utara, adalah salah satu galaksi paling terang terlihat di langit planet Bumi. Luar biasa ini tampilan rinci mengungkapkan inti cerah, lengan spiral besar dan menyapu debu kosmis jalur dengan skala yang sebanding dengan Bima Sakti. Mengisyaratkan pada masa lalu yang kacau, debu jalan yang luar biasa berjalan lurus melalui disk, bawah dan kanan dari pusat galaksi, bertentangan dengan M81 terkemuka lainnya fitur spiral. Errant jalur debu yang mungkin melekat erat hasil dari pertemuan antara M81 dan galaksi pendamping yang lebih kecil, M82. Bintang variabel pengawasan di M81 (alias NGC 3031) telah menghasilkan salah satu yang terbaik untuk menentukan jarak galaksi eksternal – 11,8 juta tahun cahaya.

10. Hoag’s Object
Tidak khas, jenis galaksi yang dikenal sebagai galaksi cincin, penampilan Hoag’s Obyek telah tertarik astronom amatir sebanyak struktur yang lazim terpesona profesional. Apakah ini satu galaksi atau dua? Pertanyaan ini terungkap di tahun 1950 ketika astronom Seni Hoag kebetulan extragalactic pada objek yang tidak biasa ini. Di luar adalah sebuah cincin didominasi oleh bintang-bintang biru terang, sedangkan terletak di dekat pusat bola banyak bintang-bintang merah yang mungkin jauh lebih tua. Antara keduanya adalah kesenjangan yang muncul hampir sepenuhnya gelap. Bagaimana Hoag’s Obyek terbentuk tetap tidak diketahui, walaupun objek serupa kini telah diidentifikasi dan secara kolektif dicap sebagai bentuk cincin galaksi. Kejadian hipotesis termasuk tabrakan galaksi miliaran tahun yang lalu dan perturbative interaksi gravitasi melibatkan inti berbentuk yang luar biasa. Foto di atas diambil oleh Teleskop luar angkasa Hubble pada bulan Juli 2001 belum pernah terjadi sebelumnya mengungkapkan rincian Hoag’s Obyek dan dapat menghasilkan pemahaman yang lebih baik. Hoag’s Obyek rentang sekitar 100.000 tahun cahaya dan terletak sekitar 600 juta tahun cahaya ke arah konstelasi Serpens. Kebetulan, terlihat di dalam celah cincin lagi-lagi galaksi yang mungkin terletak jauh di kejauhan.