Kisah penemuan Galaksi Bima Sakti
Selarik
kabut di langit yang kita kenal dengan Bima Sakti atau "Jalur Susu''
bagi orang Yunani dan Romawi kuno. Kabut ini membentang melintasi
seluruh bola langit, sebagaimana ditunjukkan oleh foto panorama Bima
Sakti pada gambar bawah. Sumber: Atas: Jerry Lodriguss/Astropix.com.
Bawah: Bruno Gilli/ESO.
Asal
muasal Bima Sakti dijelaskan dalam Mitologi Yunani. Ini adalah lukisan
pelukis Italia Jacopo Tintoretto yang hidup pada masa renaisans, ``Asal
muasal Bima Sakti.'' Sumber: Koleksi Galeri Nasional, London, Inggris
Raya.
Hakikat kabut ini tidak banyak dibicarakan dalam kosmologi Aristotelian, dan Aristoteles sendiri menganggap kabut ini adalah fenomena atmosfer belaka yang muncul dari daerah sublunar. Namun, ketika Galileo mengembangkan teknologi teleskop dan mengarahkannya ke kabut “Jalan Susu,” ia melihat ratusan bintang. Di daerah “berkabut” terdapat konsentrasi bintang yang lebih padat daripada daerah yang tidak dilewati oleh pita “Jalan Susu.” Rupanya kabut ini tak lain adalah kumpulan dari cahaya bintang-bintang yang jauh dan kecerlangannya terlalu lemah untuk bisa ditilik oleh mata manusia, sehingga agregat dari pendaran cahaya mereka terlihat bagaikan semacam kabut atau awan.
Bagaimana menjelaskan Kabut “Jalan Susu” atau “Bima Sakti” dalam konteks susunan jagad raya? Seorang pembuat jam yang mempelajari astronomi secara mandiri, Thomas Wright dari Durham, menjelaskan gejala ini sebagai akibat dari posisi kita dalam sebuah kulit bola. Thomas Wright menuliskan ini pada tahun 1750 dalam bukunya An original theory or new hypothesis of the Universe, dan membuat ilustrasi pada gambar di samping. Bintang-bintang tersebar merata pada sebuah kulit bola. Andaikan Matahari kita terletak pada titik A, maka bila kita melihat ke arah B dan C kita akan melihat lebih sedikit bintang daripada bila kita melihat ke arah D dan E. Kabut “Jalan Susu” yang merupakan daerah di langit dengan konsentrasi bintang yang lebih tinggi inilah yang kita lihat sebagai arah D dan E.
Sebagai alternatif, Thomas Wright juga memodelkan bintang-bintang yang terdistribusi menyerupai cincin pipih, dan ini juga dapat menjelaskan keberadaan kabut “Jalan Susu.” Bila Matahari terletak di permukaan cincin ini, kita akan melihat lebih banyak bintang bila melihat ke arah permukaan cincin, namun tidak akan banyak bintang yang dapat kita amati bila kita melihat ke arah yang tegak lurus permukaan cincin.
Filsuf
Jerman Immanuel Kant mengatakan bahwa "Nebula'' Andromeda adalah sistem
bintang yang mandiri dan menyerupai sistem Bima Sakti. Sumber: APOD.
Baik ide Thomas Wright maupun Immanuel Kant merupakan spekulasi belaka di hadapan kurangnya data mengenai distribusi bintang-bintang di sekitar Matahari kita. Usaha serius untuk memetakan bintang-bintang di sekitar Matahari kita dilakukan kemudian oleh seorang pemusik Jerman yang menjadi pengungsi di Inggris: Friedrich Wilhelm Herschel yang kemudian dikenal dengan nama Inggrisnya yaitu William Herschel.
Astronom
Jerman-Inggris William Herschel adalah pengamat astronomi terhebat pada
zamannya. Tidak hanya ia bekerja memetakan bintang-bintang di sekitar
Matahari, tetapi ia juga menemukan Planet Uranus. Sumber: Koleksi Galeri
Potret Nasional, London, Inggris Raya.
Penampang
silang Galaksi Bima Sakti berdasarkan hasil cacah bintang William
Herschel. Lokasi matahari terletak agak dekat ke pusat, dan Galaksi ini
bentuknya agak lonjong. Sumber: Hoskins, M. editor, Cambridge
Illustrated History of Astronomy, Cambridge Univ. Press, 1997.
Atas:
Pandangan ke arah Pusat Galaksi kita. Kiri bawah: Galaksi Pusaran atau
Messier 51, salah satu galaksi dekat tetangga Galaksi Bima Sakti. Kanan
bawah: Nebula Rajawali atau Messier 16 di arah Rasi Waluku. Sumber:
Digital Sky/HST/ESO.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, menurut Immanuel Kant, objek-objek ini letaknya sangat jauh, berada di luar Galaksi Bima Sakti, dan merupakan sistem bintang yang menyerupai Bima Sakti namun independen, Mereka adalah “pulau-pulau kosmik.” Bagi astronom Harlow Shapley, nebula-nebula tersebut jaraknya relatif dekat dan merupakan bagian dari Galaksi Bima Sakti.
Harlow Shapley adalah orang yang berjasa mengukur dimensi Galaksi kita. Dengan menggunakan bintang jenis tertentu, ia dapat mengukur jarak yang sangat jauh dari Matahari kita, mencapai ribuan tahun cahaya.
Pada tahun 1920, diadakan debat terbuka antara Harlow Shapley dengan astronom Heber Curtis yang mengusung pendapat bahwa nebula-nebula tersebut adalah sistem yang independen. Dalam debat yang di kemudian hari dinamakan sebagai Debat Akbar (The Great Debate) ini, kedua pembicara memaparkan data pengamatan astronomi yang mendukung hipotesis mereka, akan tetapi debat ini tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti mengenai skala Galaksi dan alam semesta kita.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Beri kritikan dengan Sopan ya... Terimakasih telah mengunjungi blog saya.